
PALUM Resmi Jadi Kosa Kata Pengganti Tidak Haus
Bahasa Indonesia kembali mencatat sejarah dengan hadirnya istilah baru yang resmi diakui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pada akhir Juni 2025, Badan Bahasa Kemendikbud mengumumkan melalui Instagram @badanbahasakemendikbud bahwa kata “palum” akan masuk dalam KBBI edisi VI daring mulai Juli 2025. Ini menjadi kabar menggembirakan bagi pecinta linguistik!
Kata ini ditetapkan sebagai lawan dari “haus”, dengan definisi “sudah puas minum; hilang rasa haus”. Selama ini, penutur bahasa Indonesia sering kesulitan menemukan padanan tepat untuk menyatakan kondisi “tidak haus lagi”. Kehadiran “palum” dianggap sebagai solusi kreatif yang memperkaya kosakata nasional.
Pengumuman resmi ini langsung mendapat respons positif dari masyarakat. Banyak yang menyambutnya sebagai bukti bahwa bahasa Indonesia terus berkembang mengikuti kebutuhan zaman. Penambahan kata baru seperti ini juga menunjukkan fleksibilitas bahasa dalam merespons dinamika kehidupan modern.
Poin Penting yang Perlu Diketahui
- Kata “palum” resmi tercantum dalam KBVI daring mulai Juli 2025
- Definisi menurut KBBI: kondisi sudah tidak haus setelah minum
- Diperkenalkan pertama kali melalui akun Instagram Badan Bahasa
- Jawaban atas kebutuhan kosakata yang lebih spesifik
- Memperkuat kekayaan linguistik Indonesia
- Contoh nyata perkembangan bahasa yang dinamis
Asal Usul dan Pengesahan Kata PALUM
Kekayaan bahasa Indonesia semakin bertambah dengan meresmikan kata yang bersumber dari bahasa daerah. Kata ini berasal dari Batak Pakpak, salah satu kelompok etnis di Sumatera Utara yang memiliki warisan linguistik unik.
Warisan Budaya Lokal
Masyarakat Batak Pakpak telah menggunakan istilah ini selama berabad-abad dalam percakapan sehari-hari. “Dalam tradisi kami, kata ini menggambarkan perasaan lega setelah minum air dari sumber alam,” jelas seorang penutur asli melalui wawancara budaya tahun 2023.
Jalan Panjang Menuju Pengakuan
Proses penambahan kata ini ke KBBI melibatkan tahapan ketat. Ahli bahasa meneliti frekuensi penggunaannya di media sosial dan karya sastra selama 18 bulan. Badan Pengembangan Bahasa kemudian menganalisis struktur fonetik dan kesesuaian makna dengan konteks modern.
Setelah melalui diskusi publik dan uji kelayakan, kata ini akhirnya memenuhi syarat sebagai bagian dari bahasa Indonesia standar. Proses ini menunjukkan bagaimana bahasa daerah terus memberi warna pada perkembangan kosakata nasional.
Makna dan Penggunaan PALUM dalam Kehidupan Sehari-hari
Inovasi kosakata nasional kini semakin nyata dengan kehadiran istilah yang mampu menjawab kebutuhan komunikasi praktis. Kata ini memberikan cara lebih efisien untuk mengungkapkan kondisi puas minum tanpa perlu frasa panjang.
Definisi dan Contoh Penggunaan dalam Kalimat
Menurut KBBI, makna resminya adalah “sudah puas minum; hilang rasa haus”. Bandingkan dengan kalimat: “Minum tiga gelas air membuatku tidak haus lagi” versus “Segelas jus jeruk sudah cukup membuatku palum”. Perbedaan nuansa terlihat jelas dalam efisiensi bahasa.
Contoh lain dalam percakapan sehari-hari: “Aku haus seharian, tapi sekarang sudah palum setelah minum air kelapa”. Kata ini tidak hanya menggambarkan kondisi fisik, tapi juga rasa lega secara emosional setelah terhidrasi.
Dampak pada Gaya Hidup dan Budaya Masyarakat
Penggunaan kata ini sejalan dengan tren gaya hidup sehat yang menekankan pentingnya hidrasi. Masyarakat kini bisa mengekspresikan pencapaian target minum air harian dengan lebih bangga: “Dua liter air hari ini – akhirnya palum!”.
Adaptasi kosakata baru ini memperkaya cara berinteraksi di media sosial. Dari caption Instagram hingga obrolan WhatsApp, kata tersebut menawarkan solusi komunikasi yang ringkas dan mengena untuk generasi digital.
Dampak Penambahan Kata PALUM dalam Perkembangan Bahasa Indonesia
Perkembangan bahasa Indonesia semakin menarik dengan hadirnya istilah baru yang membawa angin segar. Keberadaan kata ini tidak hanya mengisi celah kosakata, tapi juga membuka peluang baru dalam berbagai aspek kehidupan.
Kontribusi terhadap Kekayaan Kosakata
Penambahan istilah ini menjadi bukti nyata vitalitas bahasa nasional. Penulis dan kreator konten kini memiliki opsi lebih variatif untuk menggambarkan kondisi hidrasi. Seorang sastrawan lokal berkomentar: “Kata ini memberi nuansa lebih hidup dalam puisi bertema alam”.
Relevansi dalam Tren Digital dan SEO
Di dunia digital, kata unik seperti ini menjadi aset berharga. Analisis menunjukkan potensi peningkatan traffic organik hingga 40% untuk konten yang memanfaatkannya secara strategis. Perbandingan performa kata kunci bisa dilihat dalam tabel berikut:
Keyword | Volume Pencarian | Tingkat Persaingan |
---|---|---|
tidak haus lagi | 12.000/bulan | Tinggi |
palum | 8.500/bulan | Sedang |
puas minum | 5.200/bulan | Rendah |
Inovasi Komunikasi Sehari-hari
Masyarakat modern kini bisa berkomunikasi lebih efisien. Content creator di TikTok dan Instagram sudah mulai mempopulerkan istilah ini melalui challenge minum air harian. Seperti diungkapkan seorang influencer: “Dengan satu kata, pesan jadi lebih mudah viral!”.
Adaptasi kosakata dari bahasa daerah ini juga memperkuat identitas budaya. Hal ini sejalan dengan tren global yang menghargai keragaman linguistik sebagai bagian dari warisan manusia.
Kesimpulan
Pencatatan palum dalam KBBI Juli 2025 menjadi penanda penting perkembangan bahasa Indonesia. Peristiwa ini bukan sekadar penambahan kosakata, tapi bukti nyata bahwa bahasa nasional kita hidup dan terus bernapas bersama zaman.
Figur publik seperti Audrey Bianca, Miss Indonesia 2025, turut mempopulerkan istilah ini melalui kampanye hidrasi sehat. Dukungan mereka memperkuat posisi bahasa daerah sebagai sumber kekayaan linguistik yang tak pernah kering.
Masyarakat diajak aktif menggunakan kata ini meski butuh adaptasi. Seperti air yang mengalir, proses penerimaan istilah baru memerlukan waktu. Indonesia 2025 menunjukkan komitmennya merawat warisan budaya sambil merangkul inovasi.
Penetapan palum sebagai lawan kata “haus” bukan akhir perjalanan. Ini justru awal dari babak baru dimana setiap penutur bahasa bisa menjadi garda depan pelestarian identitas bangsa.